Muhammad Roem Rahman

Hanya bisa saling berbagi.

Keindahan Pantai Malimbu - Lombok

Dingin sore hari dengan tiupan angin menikmati keindahan Pantai Malimbu sebagai Peserta AIV 2012

Tak Perlu ada warna

Akankah semua yang indah itu memiliki warna...

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Membuat kotak script diposting blog

Cara membuat kotak script di posting blog. Kotak script, biasanya digunakan untuk memasukan kode2 script ke dalam posting. Agar terlihat rapi dan tidak memakan banyak tempat. Ada yang berbentuk kotak sederhana, ada juga yang berbentuk kotak dengan tambahan scroll, dan lain-lainnya. Kotak script juga bisa diberi warna dibagian backgroundnya, dan juga border yang berbentuk kotak, bisa diatur bentuknya. Cara membuatnya, Ikuti langkah-langkah dibawah ini.
  1. Login ke blogger. Dan pilih entri baru.
  2. Selanjutnya buatlah tulisan seperti dibawah ini.
  3. cara membuat kotak script di posting blog
  4. Selanjutnya Klik HTML dan masukan kode berikut, dibawah tulisan cara membuat kotak script.   <div style="border: 3px #1780dd Double; padding: 10px;background-color:#ffffff;
    text-align: left;">
    .Klik Disini.</div>
  5. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar dibawah ini.
  6. cara membuat kotak script di posting blog
  7. Sekarang Klik Compose, maka akan ada kotak script. Contoh gambar:
  8. cara membuat kotak script di posting blog
  9. Selanjutnya Klik di dalam kotak tersebut, dan hapus tulisan Klik Disini.
  10. Terakhir, Masukan kode script yang ingin kamu masukan, didalam kotak itu. Selesai.

Keterangan Kode:

 <div style="border: 3px #1780dd Double; padding: 10px;background-color:#ffffff;
text-align: left;">
.Klik Disini.</div>
  1. border: 3px = ketebalan kotak script. dan #1780dd = warna kotak script.
  2. Double; = Bentuk kotak, bisa diganti dengan, 
  3. dashed
    dotted
    Double
    Groove
    inset
    outset
    ridge
  4. Padding:10px = panjang kotak ke bawah, untuk lebarnya otomatis sampai ke ujung posting.
  5. background-color:ffffff; = warna dalam kotak. 
  6. Dan text-align:left; = posisi tulisan didalam kotak di kiri.

Kotak Script Dengan Scroll.

<div style="border: 3px #1780dd solid; padding: 10px;background-color:#ffffff;
overflow: auto; height: 50px; width: 300px;
text-align: left;">
.kode script disini.</div>
  1. Sama seperti cara diatas, masukan kode script ke HTML.
  2. overflow:auto; = fungsi scrollnya. height(tinggi kotak) dan width(lebar kotak)
  3. Kotak script bisa juga dipindahkan ke kanan, dengan menambahkan kode float: right; ditengah kode diatas.
  4. Dengan menambahkan kotak script di posting blog, maka halaman blog akan terlihat lebih rapi. Dan tidak memakan banyak tempat. Tanpa harus mengurangi isi dari posting. Semoga Bermanfaat.

Aplikasi Mengetik 10 Jari dengan TypeFaster

Salah satu materi Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) adalah Keterampilan Mengetik 10 jari. Apabila melihat dari tujuan mengetik 10 jari mungkin tidak terlalu penting bagi seorang teknisi komputer kecuali yang bekerja sebagai sekretaris, tetapi bila dihadapkan pada keadaan yang baru, dimana kecepatan merupakan sebuah tuntutan, maka mengetik 10 jari dengan cepat dan tepat merupakan sebuah keharusan.
Nah… Untuk memudahkan siswa atau siapa saja yang ingin belajar mengetik 10 jari dengan cepat dan tepat maka kami memberikan Softaware TypeFaster yang bisa membantu dalam mempraktekkan mengetik 10 jari.

Pertama :
1.       Pastikan komputer anda sudah terinstal Winrar
2.       Menginstal TypeFaster-v0.4.2 (download disini ya..)
3.       Setelah didownload, double klik file TypeFaster-v0.4.2-install.rar
4.       Dalam winrar double klik file TypeFaster-v0.4.2-install.exe
5.       Lanjutkan penginstalan sampai selesai
6.       Silahkan buka software TypeFaster yang telah diinstal tadi dan hasilnya seperti dibawar ini : 

7.       Bila ingin memasukkan teks latihan yang ikut dengan file aplikasi di dalam winrar, silahkan buka langsung file tersebut dengan nama file KECEPT-M-P1-2010.doc, lalu blok dan copy isinya
8.       Buka TypeFaster, klik Edit Setting, klik edit lessons, klik new lessons.
9.       Di dalam Lessons Name: tulislah nama file yang anda kehendaki (contoh : latihan1)
10.   Klik Paste pada lembar kerja dan save
11.   Selanjutnya klik OK untuk menutup edit setting tadi.
12.   Setelah selesai klik “Lessons” yang ada dan cari nama file yang ada simpan tadi (latihan1)
13.   Silahkan anda belajar mengetik menggunakan 10 jari
14.   Ikuti tulisan yang ada diatas dan tuts pada keyboard yang ditunjukkan dengan warna merah
15.   Selamat mencoba…. Smoga bisa mengetik lebih cepat….

KIAT-KIAT MENJADI GURU PROFESIONAL

Untuk menjadi guru yang profesional, maka harus berupaya seoptimal mungkin memenuhi keempat kompetensi, yaitu kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian. Adapun kiat-kiat agar dapat menjadi guru profesional ditinjau dari keem-pat kompetensi tersebut adalah :
1.    DITINJAU DARI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
Seorang guru yang profesional sangat dituntut untuk dapat menguasai materi secara mendalam, struktur, konsep, dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan mampu menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal tersebut, maka ada beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu :
a.    Selalu berusaha agar tidak ketinggalan perkembangan ilmu yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkan dengan cara membaca berbagai literatur (buku, majalah, koran, ensiklopedia, hasil penelitian, dan lain-lain), bertanya, berdiskusi (sharing) dengan teman sejawat maupun pakar, membuka internet. Ada satu kiat yang sangat menarik untuk dicoba, yaitu “bacalah satu ilmu baru setiap hari”, maka dalam sebulan kita memperoleh 30 ilmu baru. Dalam satu tahun memperoleh berapa ilmu baru ? (Dapat dihitung sendiri). Penambahan ilmu setiap hari ini sepertinya tidak ada manfaatnya, tetapi hal ini akan terasa manfaatnya ketika kita berbicara dengan orang lain atau berbicara dalam satu forum resmi, karena tanpa kita sadari ilmu yang pernah dibaca dan termemori tersebut membantu kita dalam melogika dan menalar berbagai permasalahan. Tidak percaya ? Coba saja !
b.    Carilah keanehan hubungan antar konsep yang mudah diingat. Sebagai contoh, pada biologi menghafal bagian lidah dan rasa yang dikecap, menggunakan kata “maap” sebagai urutan dari ujung lidah tengah kanan-kiri dan ke belakang berturut-turut “manis-asin-asam-pahit”. Pada fisika, energi kinetik (energi karena gerak) dan energi potensial (energi karena kedudukan), kita menghafal bahwa “K (kinetik) tidak akan bertemu dengan K (kedudukan)”. Demikian juga pada kimia katoda mengalami reduksi, anoda mengalami oksidasi, dengan menghafal huruf mati bertemu huruf mati (k dengan r) dan huruf hidup bertemu huruf hidup (a dengan o).
c.    Jika kita menemui dua konsep yang artinya berkebalikan, hafalkan salah satu, bukan dihafal dua-duanya. Hal ini karena jika hafal dua-duanya bisa saling tertukar di otak kita, sebaliknya jika hanya hafal satu pasti yang tidak dihafal memiliki arti kebalikan dari yang kita hafal.
d.    Selalu berusaha sharing dengan guru satu bidang studi, baik dari kelas yang setingkat maupun yang berbeda tingkat, agar wawasan ilmu selalu bertambah (terjadi pengayaan ilmu). Sharing juga dilakukan dengan guru yang serumpun (masih memiliki kaitan dengan bidang studi kita), agar ketika mengajar kita mampu memberi gambaran pada peserta didik bahwa materi yang kita ajarkan ada kaitan dengan bidang studi yang lain. Hal ini kita lakukan agar ilmu yang dimiliki peserta didik memiliki jalinan keterpaduan yang memperkaya pengetahuan mereka. Pada pembelajaran IPA terpadu, meskipun masing-masing guru bertugas mengajar sesuai bidang ilmunya (biologi, fisika, kimia), namun sangat disarankan untuk mengaitkan satu sama lain agar terlihat keterpaduannya. Akan lebih baik lagi jika guru-guru IPA dapat mengajarkan secara tematik. 
e.    Berusaha membuat ringkasan setiap materi pokok, baik yang berupa materi teoretis maupun rumus-rumus untuk perhitungan.
f.     Berusaha mengaitkan setiap konsep yang diajarkan dengan kehidupan peserta didik agar tercipta pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).
g.    Berusaha merancang aktivitas lab (praktikum / eksperimen) sederhana sendiri berdasarkan literatur-literatur yang dibaca.
Semua kiat tersebut hanya dapat dilakukan oleh guru yang memang memiliki kemauan dan kesadaran yang tinggi untuk maju disertai keinginan untuk dapat menjadi guru yang profesional.
2.    DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
Seorang guru yang ahli di bidang ilmu tertentu belum tentu ahli dalam mengajarkan kepada orang lain. Hal ini terbukti ketika seorang ahli matematika dari LIPI diminta mengajar matematika agar prestasi matematika peserta didik meningkat. Kenyataannya ahli tersebut gagal mengajar dan mengakui bahwa ia ahli dalam ilmu matematika, bukan ahli dalam mengajarkan matematika (Dedi Supriadi, 1998 : 88).
Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini berarti menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Bagaimana kiat-kiat menjadi guru profesional agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara optimal ? Berikut ini beberapa kiatnya.
a.    Membuat perencanaan yang matang mengenai semua yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu dengan membuat silabus dan RPP.
b.    Melakukan persiapan pembelajaran yang menyangkut persiapan materi (misal membuat hand-out, ringkasan), metode yang akan diterapkan, dan media yang akan digunakan.
c.    Berusaha mencari strategi pembelajaran yang baru, baik strategi menerapkan metode-metode pembelajaran baru yang memenuhi PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) maupun menerapkan berbagai ke-canggihan teknologi dalam bentuk media pembelajaran.
d.    Refleksi diri setiap selesai pertemuan untuk melihat kekurangan dalam mengajar dan kemudian berusaha memperbaiki terus menerus. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas.
e.    Senantiasa mengasah kemampuan dasar mengajar, seperti cara membuka pelajaran, bertanya, memberi penguatan, menjelaskan, mengelola kelas, mengeva-luasi, dan menutup pelajaran.  
f.     Berusaha hafal semua siswa, bukan hanya yang pandai atau yang bodoh. Hal ini merupakan bentuk kepedulian dan perhatian kita pada peserta didik.
g.    Piawai dalam memodifikasi metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, potensi sekolah, dan ketersediaan sarana prasarana, dan memper-timbangkan kemampuan akademis, tenaga, waktu, dan biaya.
h.    Berusaha menciptakan suasana relaks dalam belajar dengan cara menyelingi berbagai aktivitas menyenangkan, seperti belajar sambil bermain, berteka-teki, dan selingan humor.
i.      Memperluas dan memperdalam materi ajar sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
j.      Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode penilaian dan memanfaatkan hasil penilaian tersebut untuk perbaikan kualitas pembelajaran dan perancangan program remedi maupun pengayaan. Setiap hasil penilaian dikembalikan kepada peserta didik agar peserta didik memperoleh feedback dari apa yang telah dikerjakannya.       
k.    Mampu membimbing peserta didik dalam pengembangan potensi akademik mela-lui kegiatan positif (misal karya ilmiah remaja) maupun potensi non akademik (misal olah raga).
Jadi, agar guru memenuhi kriteria guru yang profesional maka mereka harus senantiasa berusaha secara terus menerus memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui pengembangan kemampuan mengajarnya, mulai dari perencanaan, pelaksa-naan, sampai pada penilaian pembelajaran.

3.    DITINJAU DARI KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU
            Guru dikatakan profesional jika mereka memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Hal ini dapat terbentuk, jika dalam setiap melaksanakan tugas guru selalu mem-pertimbangkan segala tindakannya dari segala aspek yang melingkupinya. Ada bebe-rapa kiat untuk menjadi guru profesional ditinjau dari kompetensi kepribadian, yaitu :  
a.    Berusaha menjadi guru yang taat aturan, seperti datang mengajar tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan.
b.    Menunjukkan rasa empati terhadap peserta didik yang sedang menghadapi masalah dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk membantunya.
c.    Menunjukkan kebanggaan sebagai guru dengan tampilan mengajar yang selalu segar, bersemangat, dan menyenangkan, meski guru sedang memiliki masalah.
d.    Menunjukkan konsistensi dalam berperilaku sesuai aturan yang berlaku.
e.    Menerapkan pendekatan kasih sayang dalam mengajar (memberi tanpa meminta imbalan pada peserta didik).
f.     Berprestasi yang dapat membanggakan peserta didik dan sekolah.
g.    Terbuka pada kritik yang disampaikan peserta didik, teman sejawat, dan siapapun yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki.
h.    Menunjukkan keikhlasan dalam mengajar dan membimbing peserta didik yang ditunjukkan melalui kesabaran menjawab setiap pertanyaan, melayani mereka yang kesulitan, siap menolong kapanpun dibutuhkan.
i.      Berusaha menunjukkan keteladanan dengan berperilaku dan bertindak yang terpuji, seperti sopan, ramah, murah senyum, supel, adil, jujur, objektif, empati.
j.      Sesekali memberikan selingan ”siraman rohani” berupa nasihat positif yang rasi-onal sebagai pembentukan kepribadian dan perilaku siswa yang baik. 

Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme seorang guru bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, keterampilan yang tinggi, tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan sebagai seorang guru. Dengan demi-kian guru yang profesional juga dituntut memiliki kepribadian yang tertampilkan dalam bentuk perilaku dan berpikir yang mantap, stabil, dan berakhlak mulia.

4.    DITINJAU DARI KOMPETENSI SOSIAL GURU
            Guru adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini berarti selain ia harus mengembangkan profesional yang berkaitan dengan pengembangan diri pribadi juga harus mengembangkan kompetensinya yang berkaitan dengan kehidupan sosial, karena sesungguhnya ia bagian dari masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Salah satu modal bersosialisasi yang baik adalah kepandaian dalam berkomunikasi secara efektif, bai dengan peserta didik, teman sejawat, maupun orangtua / wali orangtua dan masyarakat. Selain berkomunikasi juga mengembangkan hubungan secara efektif dengan mereka. Untuk menuju kepada profesionalisme yang berkaitan dengan kompetensi sosial ini, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan, yaitu : 
a.    Banyak bergaul dengan siapa saja tanpa memandang tingkatan usia dan status ekonomi. Dengan demikian ketika melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan dapat beradaptasi dengan cepat.
b.    Sering mengikuti aktivitas ilmiah / seminar, baik sebagai peserta maupun penyaji, sehingga memiliki keberanian di dalam mengemukakan gagasan / ide. Hal ini posi-tif dalam menunjang kemahiran berkomunikasi di depan kelas ketika mengajar.
c.    Sering berbincang-bincang dengan peserta didik di saat-saat senggang tanpa harus dalam suasana formal. Seringkali guru takut kehilangan wibawa ketika melakukan hal tersebut, namun hal itu tidak akan terjadi ketika ketika mengajar di kelas kita mampu membuat penciptaan citra diri yang positif sebagai pengajar / pendidik. Dengan demikian, guru dapat bertindak sebagai sahabat, orangtua, pembimbing, maupun pendidik dengan penempatan diri yang sesuai.
d.    Menunjukkan keakraban melalui komunikasi yang bersahabat, sehingga peserta didik merasa nyaman dan tanpa ragu “curhat” bila ada masalah.
e.    Siap membantu peserta didik kapanpun diperlukan tanpa membeda-bedakan.  
f.     Memperlakukan peserta didik sesuai dengan kedudukannya, tidak meremehkan, dan selalu menghargai apapun keadaannya. Hal ini penting, karena keberhasilan belajar peserta didik selain dipengaruhi faktor intern juga hubungan sosialnya de-ngan guru (Slameto, 1993 ; 54). Ketertarikan peserta didik pada pembawaan guru yang ramah dan dapat diajak bicara akan menumbuhkan motivasi belajarnya.
g.    Memiliki kemampuan empati (tanggap dan peka terhadap keadaan anak didik) yang ditumbuhkan dengan cara sering berkomunikasi dan memperhatikan mereka.
h.    Guru perlu mengetahui dunia trend-nya peserta didik, sehingga dapat melakukan komunikasi yang baik, lancar, dan nampa “gaul” di mata peserta didik.  
i.      Sebaiknya guru tidak mudah marah tanpa alasan yang jelas, karena akan meng-ganggu komunikasi selanjutnya dengan peserta didik. Rasa takut akan menye-babkan peserta didik menjauh, sehingga komunikasi tidak terjalin dengan baik. 

PERAN DAN TUGAS GURU

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih (Umardi, 1999:10). Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik. Dengan kata lain, seorang guru dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU RI No. 14/2005 tentang guru dan dosen, dimana seorang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada tingkat pelaksanaan pembelajaran di kelas, gurulah yang sangat berperan dalam membawa peserta didiknya ke arah pembelajaran yang diisyaratkan dalam kurikulum.
Pada era globalisasi saat ini dimana kemajuan IPTEK semakin pesat, maka hal ini juga berimbas pada pentingnya seorang guru meningkatkan kinerja dan kemampu-an mereka, sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru IPA dan kimia khususnya, dituntut untuk mampu menampilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menarik peserta didik untuk beraktivitas secara aktif. Sebagai contoh, pembelajaran yang dilakukan harus dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada, agar peserta didik tidak tertinggal kemajuan teknologi yang telah berkembang pesat di negara lain. Menurut Erwin Boschmann (2003), secara keseluruhan kelas akan menjadi lebih baik ketika suatu teknologi diterapkan di sana. Keberadaan teknologi dalam suatu sekolah hanya bermanfaat ketika seorang guru mampu menggunakannya secara efektif, bukan sekedar sebagai inventarisasi sekolah. Constance Blasie & George Palladino (2005) berpendapat bahwa pengetahuan dan penggunaan teknologi informasi secara tepat dalam pembelajaran harus dikuasai guru.
Selain harus melaksanakan beban kerja utama seperti yang tercantum dalam Pasal 35 ayat 1 UU RI No. 14/2005, yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan, saat ini guru juga dituntut kreatif menciptakan suasana belajar yang inovatif. Guru diharapkan mampu menghasilkan individu masa depan Indonesia yang memiliki dasar-dasar karakter yang kuat, kecakapan hidup, dan dasar-dasar penguasaan IPTEK (T. Raka Joni, 2006).
Kreativitas guru bukan hanya dalam hal penerapan IPTEK, tetapi juga pengem-bangan metode-metode pembelajaran yang sederhana tetapi sesuai dengan karakter bangsa dan pengembangan materi ajar untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Metode pembelajaran tidak harus menggunakan peralatan yang canggih, tetapi yang penting peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik. Moh. Uzer Usman (2000 : 9, 13) menyatakan guru harus belajar terus menerus dengan memperkaya dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat mengikuti perkembangan jaman dan perkembangan peserta didiknya.

MENJADI GURU PROFESIONAL

Majunya suatu negara sangat ditentukan majunya pendidikan di negara itu. Hal ini berarti pembenahan segala aspek/komponen yang terlibat dalam pendidikan harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan suatu negara. Pemberlakuan kurikulum baru merupakan salah satu upaya memperbaiki proses penyelenggaraan pendidikan di suatu negara agar dapat mengejar kemajuan negara lain (Olivia, 1992:3)
Perubahan kurikulum di Indonesia merupakan upaya ke arah peningkatan kualitas pendidikan, karena di era globalisasi ini sangat dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Guru sebagai pelaksanaan pendidikan di tingkat pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas.
Pendidik atau guru adalah tenaga profesional seperti yang diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2 UU RI No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1 UU RI No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Pasal 28 ayat 1 PP RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Landasan yuridis dan kebijakan tersebut menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi Pemerintah dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan kepada guru sebagai pelaksana pendidikan di tingkat pembelajaran yang bermuara akhir pada peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Hal ini sejalan dengan arah kebijakan Sistem Pendidikan Nasional Pasal 42 UU RI No 20/2003 yang mensyaratkan pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Demikian pula ditegaskan dalam Pasal 28 ayat 1 PP No 19/ 2005 dan Pasal 8 UU RI No 14/2005 yang mengamanatkan guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial.
        Berkaitan dengan hal itu saat ini banyak guru-guru di tingkat lanjutan pertama maupun menengah bersemangat melanjutkan studi S-2. Namun peningkatan jumlah guru yang berkualifikasi S-2 tidak berarti  secara otomatis  meningkat  pula profesionalismenya, karena untuk menjadi guru yang profesional bukan hanya bermodalkan ijasah S-2. Demikian pula semangat guru mengikuti berbagai aktivitas ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, TOT, dan sebagainya, juga tidak mampu menjamin terciptanya profesionalisme guru, jika aktivitas tersebut hanya seperti angin lalu, lewat begitu saja tanpa dipahami, dihayati, dan diamalkan ketika melaksanakan pembela-jaran di kelas. 
Adanya sertifikasi dan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi guru-guru yang belum lulus sertifikasi merupakan suatu usaha nyata Pemerintah (dalam hal ini Dinas Pendidikan) dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Pada kenyataannya, setelah melalui sertifikasi guru masih belum memiliki kiat jitu untuk menjadi guru yang profesional.