Kegagalan guru dalam mengajar seringkali terjadi
sebagai akibat kesalahan- kesalahan mendasar yang tidak disadari telah
dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tentu saja ini adalah pendapat
pribadi dan juga
pengamatan terhadap rekan-rekan sejawat yang menyampaikan keluhan
tentang kegagalan siswanya dalam mengerti dan memahami materi yang
telah disampaikan serta nilai- nilai amaliyah yang harusnya melekat
pada jiwa siswa berkaitan dengan nilai- nilai moral seakan- akan
tidak membumi sama sekali.
Harapan kami melalui tulisan ini rekan-rekan guru
terkhusus saya pribadi melalui postingan ini dapat terinspirasi untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang akan
dijelaskan di bawah, sekaligus mampu melakukan koreksi diri secara
reflektif serta tentunya disertai sikap obyektif dan keikhlasan dalam
melakukan perbaikan berkesinambungan sehingga pada gilirannya nanti akan
mampu memberikan yang terbaik buat peserta didik yang diampunya dan ini
sekaligus menjadi autocritic buat kita semua.
Sebetulnya setiap guru memiliki potensi untuk
berhasil menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Ini
tidak lepas dari adanya adagium bahwa setiap orang memiliki
karakteristik, keunikan dan kemampuan (capability) yang
berbeda- beda. Keberhasilan seorang pendidik secara nyata dapat dilihat
dari keberhasilan murid-murid ketika mengikuti proses dan mencapai
tujuan pembelajaran dan dapat membiasakan diri dengan sesuatu yang baik
yang telah diajarkan. Tanpa keberhasilan murid, maka apa pun yang
dilakukan guru tidak ada nilainya, everything is nothing. Terlebih penting bagi seorang pendidik adalah bagaimana mempersiapkan peserta didiknya mampu berdikari, mandiri, kompeten, capable,
bertanggungjawab dan berakhlak mulia, inilah sesungguhnya tantangan
terberat dari profesi pendidik, maka memang diperlukan pendidik yang
mendidik dengan panggilan hati, bukan atas semata- mata atas dasar
panggilan besarnya nilai gaji apalagi tunjangan sertifikasi.
Berikut adalah lima kesalahan guru ketika mengajar
yang bisa mengakibatkan kegagalan siswa mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal.
Kesalahan #1. Berpikir Egosentris. Ini kesalahan paling mendasar yang benar-benar kurang disadari oleh guru. Kesalahan
ini juga akan berdampak pada timbulnya kesalahan-kesalahan lain.
Pernahkah Anda mendengar keluhan seperti ini, “Saya sudah
bersungguh-sungguh mengajar kelas ini tetapi hasilnya sangat
mengecewakan!” Atau keluhan yang ini, “Anak ini lho, sudah dijelaskan
berkali-kali tetap saja tidak mengerti!” Dua contoh keluhan tersebut
menunjukkan bahwa guru yang bersangkutan berpikir egosentris, hanya
menurut dirinya sendiri. Ya, menurut guru itu, dia sudah mengajar dengan
sungguh-sungguh atau sudah menjelaskan berkali-kali. Dia tidak berpikir
tentang masalah yang dihadapi oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran
sehingga tidak berhasil. Jangan-jangan karena
guru tidak bisa berkomunikasi secara runtut dengan bahasa yang mudah
dipahami? Atau, mungkin gaya belajar siswa visual dan kinestetik tetapi
tidak dipenuhi oleh guru, sehingga gaya mengajar guru tidak acceptable bagi siswa?
Kesalahan #2. Tidak Peka Terhadap Perubahan Suasana Kelas.
Dalam proses pembelajaran, wajib hukumnya seorang guru mengendalikan
kelas. Sepenuhnya! Hal ini penting agar proses pembelajaran berjalan
lancar. Kita tahu bahwa kelas terdiri atas berbagai karakter. Oleh
karena itu harus diupayakan agar karakter yang beragam itu dapat
diorkestrasikan menuju terwujudnya simponi pembelajaran yang enak
dinikmati (coba cek lagi pembelajaran kuantum).
Diorkestrasikan menuju simponi pembelajaran yang enak dinikmati,
artinya bahwa seluruh potensi kelas (siswa) harus diberdayakan untuk
saling membantu sehingga terwujud keberhasilan bagi setiap individu.
Dengan demikian rata-rata prestasi kelas menjadi tinggi. Contoh
ketidakpekaan guru ketika mengajar misalnya membiarkan badut kelas
mengalihkan perhatian siswa yang sedang asyik mengikuti penjelasan guru
sehingga konsentrasi kelas menjadi terpecah. Atau membiarkan siswa yang
tidak tertib mengganggu konsentrasi siswa lain yang sedang belajar. Hal
ini tampaknya persoalan kecil, tetapi kalau tidak segera dibenahi bisa
berakibat kegagalan seluruh kelas. Ini terkait
dengan manajemen kelas. Maka dalam hal ini seorang pendidik perlu
melengkapi diri dengan pemahaman karakteristik masing- masing murid
serta pemahaman nilai- nilai pemahaman pengelolaan manajemen kelompok
belajar. Dan hal terpenting adalah bagaimana seorang pendidik mampu
menempatkan ketegasan pada peserta didik, tanpa harus dibumbui dengan
perilaku anarkis dan destruktif yang justru membuat peserta didik enggan
untuk kembali pada suasana pembelajaran selanjutnya.
Kesalahan #3. Komunikasi Tidak Efektif. Contoh komunikasi tidak efektif (guru ingin mengingatkan agar siswa mengerjakan PR yang diberikan), “Anak-anak,
awas jangan lupa lho dengan PR kamu. Kamu kerjakan semuanya. Kalau kamu
tidak mengerjakan PR kamu, maka besok tidak akan mendapatkan nilai dari
bu guru.” Kenapa tidak dikatakan saja seperti ini, “Anak-anak, ingat, kerjakan PR-mu. Semuanya! Besok Ibu nilai.” Bukankah bahasa yang kedua lebih irit, dan karenanya lebih efektif. Jadi,
ketika kita bermaksud meminta sesuatu, katakan saja secara tepat apa
yang kita maksudkan. Kalau anak disuruh diam, ya katakan, “Anak-anak, diam!” Kalau anak-anak disuruh memperhatikan penjelasan guru, ya katakan saja, “Anak-anak, lihat ini!”
dan semacamnya. Menghindari bahasa yang berlebih-lebihan atau bahkan
mengancam, mengintimidasi peserta didik hanya akan membuahkan sindrom
ketakutan bagi peserta didik disatu sisi, disisi yang lain hanya akan
menjustifikasi diri kita sebagai seorang guru yang diktator dan
otoriter. Penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan sikap proaktif
dari peserta didik untuk selalu fokus dan terbiasa untuk melakukan
perkataan, perbuatan yang efektif dan efisien.
Kesalahan #4. Mengajar Tanpa Persiapan.
Berbicara mengenai persiapan mengajar, saya teringat seorang teman yang
berkata begini, “Ingin berhasil dalam mengajar, buat persiapan secara
matang!” Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan
ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu
pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang
benar. Kebanyakan guru (kabarnya) enggan membuat persiapan secara benar.
Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seolah tanpa arah.
Padahal, guru itu seorang profesional. Salah satu ciri keprofesionalan
seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Saya
percaya Anda akan memperbaiki kesalahan Anda dalam mengajar (kalau
kemarin-kemarin tidak membuat persiapan yang benar), sehingga hasil
pembelajaran siswa benar-benar menggembirakan semua komponen (yang
terkait dengan pembelajaran Anda). Selain itu diperlukan kesiapan
referensi yang setidaknya berkaitan dengan apa yang hendak kita
diskusikan keesokkan harinya, adalah suatu yang naif apabila seorang
guru tidak melek informasi dan melek teknologi, setidaknya jangan sampai terjadi adalah situasi one step behind, guru kalah penguasaan materi dan referensi dengan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik tatkala pembelajaran berlangsung.
Kesalahan #5. Tidak Melakukan Evaluasi Menyeluruh.
Evaluasi pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Kalau Anda
pernah membuat skripsi tentang penelitian kuantitatif, Anda pasti ingat
bahwa instrumen yang Anda gunakan harus diuji validitas dan
reliabilitasnya. Instrumen evaluasi pembelajaran pun sebetulnya harus
diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen evaluasi harus valid dan
reliable. Tetapi untuk bahasan ini, kita tidak akan sedetail ketika
menyusun skripsi. Arti menyeluruh di sini adalah bahwa penyusunan soal
evaluasi pembelajaran minimal harus mencakup bentuk-bentuk seperti:
pilihan ganda, isian, jawaban singkat. Tidak hanya pilihan ganda saja,
atau isian saja. Materinya meliputi seluruh materi yang diajarkan
(minimal satu kompetensi dasar).
Kata kuncinya: Apabila terdapat kegagalan siswa dalam
pembelajaran, maka di situlah guru perlu melakukan introspeksi: sudah
benarkah yang dia lakukan? Kemudian dilanjutkan: apa yang bisa dia
lakukan untuk memperbaiki keadaan? Jadi, guru
harus selalu belajar dan belajar, dan yang mesti dipahami oleh sesama
rekan-rekan pendidik adalah perlunya pengorbanan (sacrifice) dalam menuntut ilmu bagi diri kita, Semoga bermanfaat bagi diri saya peribadi sekaligus bagi rekan-rekan guru.
sumber : edukasi.kompasiana.com
1 Comments
1 komentar:
Info pariwisata indonesia merahputih.com Tempat Pariwisata Indoensia
Tujuan Pariwisata di Indonesia Wisata Kuliner wisata kuliner dan budaya di Indonesia
Berita Pariwisata di Indonesia